Nawang Wulan: “Dalem Kanda…”
Jaka Tarub: “Aku janji, jika kamu jadi istri aku…, aku akan menjagamu sampai mati Dinda…, karena cintaku padamu tidak seperti bunga yang layu karena tak disiram, tapi cintaku padamu bagaikan air yang akan terus mengalir tanpa henti…”
Nawang Wulan: “O…, to tweettt…?”
Jaka Tarub: “Jadi…, apakah kamu mau menikah denganku Dinda…”
Nawang Wulan: “Emmm…” (merasa bimbang dan Jaka Tarub menunggu jawabannya)
“Maaf… aku gak bisa…”
Jaka Tarub: “Hah…?!!!” (dengan spontan Jaka Tarub mengambil seutas tali dan akan bunuh tiri)
Nawang Wulan: “Eh…, eh…,eh… (Nawang Wulan menghampiri Jaka Tarub) mau apa ci.., jangan gitu deh…, gak elok kanda…, aku kan belum selesai ngomong?”
Jaka Tarub: “Jadi apa…?!”
Nawang Wulan: “Emmm…, aku gak bisa…, gak bisa nolak kamu jadisuamiku kanda…”
Jaka Tarub: “Asyik… (menghampiri Nawang Wulan) ayo kita buktikan pada semua orang, kita akan menjadi PASUTRI yang sakinah, mawadah, dan warrohma”
(keduanyapun meninggalkan panggung)
Lagu Batal Kawin “Project pop”
(Akhirnya Jaka Tarub dan Nawang Wulan menikah. Keduanya hidup berbahagia hingga Nawang Wulan melahirkan seorang anak dan di beri nama Nawang Asih).
Jaka Tarub: (Masuk panggung menghamiri Nawang Wulan sedang menyusui anaknya) “Dinda…, pagi ini badan Kanda terasa capek… banget. Dinda si, tadi malem minta jatah 2 kali”
Nawang wulan: “Ihhh… Kanda, bilangnya jangan di sini dong? Kan banyak penonton, jadi malu…”
Jaka Tarub: “Nawang Asih belum bangun ya Dinda…”
Nawang Wulan: “Iya kanda…, oya Kanda, Dinda mau menanak nasi dulu ya…”
(Bergegas Nawang Wulan menanak nasi)
Jaka Tarub: “Sini, Nawang Asih Kanda gendong…”
Nawang Wulan: “Oya Kanda, Dinda mau pergi kesungai dulu, mau mencuci pakaian Nawang Asih yang kotor, tapi Dinda pesan kukusan nasi di belakang jangan dibuka dan tolong jaga apinya ya Kanda…”
Jaka Tarub: “Iya Dinda…, ati-ati ya dinda…” (Nawang Wulan bergegas pergi) “Oalah…, cantik wis awan kok during tangi nduk…, nduk...? tuh lihat… mata kamu indah bagaikan pelangi 7 rupa, seperti mata Romo ini…
Bibirmu manis dan segar seperti bunga mawar yang baru saja disiram,
tapi sayang… hidungmu pesek, seperti hidung ibumu, hahaha…
Oh… Dinda tadi berpesan, tidak boleh dibuka kukusan nasinya. Ah… jadi penasara… (akhirnya Jaka Tarub membuka kukusan itu).
o… pantesan, lumbung padi tidak pernah habis, ternyata istriku bisa memasak setangkai padi menjadi nasi satu kukusan penuh.”
Nawang Wulan: “Aku pulang…”
Jaka Tarub: “Eh… Dinda, sini kubantu bawakan cuciannya…” (Jaka Tarub membantu membawakan cucian yang dibawa Nawang Wulan)
Nawang Wulan: “Sini Nawang asih, ikutmama…” (Nawang Asih digendong Nawang Wulan)
Jaka Tarub: “Dinda…, sepertinya pekerjaan Dinda sudah selesai semua, saatnya Kanda pergi ke hutan untuk encari kayu bakar bat persediaan memasak Dinda…”
Nawang Wula: “Iya Kanda, biar nawang asih disini aja bersama Dinda?”
Jaka Tarub: “Iya Dinda…, nanti kalau Nawang Asih rewel dicubit saja ya…”
Nawang Wulan: “Hus.., itu si kalau kada yang rewel?”
Jaka Tarub: “Di cium saja…”
“Hahaha…”
“Ya wes, sudah siang, Kanda pergi dulu ya Dinda, arep golek kayu…”
“Kalau ada makelar datang nagih hutang bilang saja kanda lagi di luar kota” (lagu:Papa gak pulang, papa gak bawa uang…)
“Tapi kalau ada undian berhadiah datang, langsung telp Kanda ya Dinda…”
Nawang Wulan: “Wa…, dasar papa rock n roll”
Jaka Tarub: “SMP… akin maju…”
“Assalamualaikum Wr.Wb…” (Jaka Tarub meninggalkan rumah)
Nawang Wulan: “wa’alaikum salam Wr.Wb…”
(Nawang Wulan duduk dan mendendangkan lagu)
“Tak lelo…, lelo-lelo legong…,
mangane sego jagung,
olehe wong gunung…”
“aduh…, Nawang Asih kok belum bangun-bangun ya…, padahalkan sudah siang…? Aduh… aku kan lagi nanak nasi, lupa aku”
(Nawang Wulan menaruh Nawang Asih di tempat tidur, dan kemudian bergegas melihat kukusan nasi)
“Hah…, kenapa kukusan padi ini berantakan? Kenapa ini? Oh… ternyatasuamiku sudah membuka kukusan padi ini. Tidak mungkin!!! Dengan demikian aku akan kehilangan kekuatanku…”
“Aku harus mengambil padi lagi untuk di tanak menjadi nasi, untuk makan suami dan anakku…”
(Nawang Wulan bergegas menuju ke gudang padi, mengambil dan dia menemukan selendang yang hilang ditumpukan padi tersebut)
“Oh… Tuhan, inikah selendangku? Kenapa ada disini? Ternyata suamiku telah mengambil selendangku. Aku harus menelepon suaiku. Hallo Kanda…”
Jaka tarub: “Iya, kenapa Dinda?”
Nawang Wulan: “Ayoi, kanda cepat pulang, aku ngin berbicara sesuatu pada Kanda!!!”
Joko tarub: “Siap Nyai…”
(Tidak lama kemudian Jaka Tarub sampai di rumah)
Jaka Tarub: “Iya Dinda , ada apa…, kelihatannya serius banget…”
Nawang Wulan: “Kanda…”
Jaka Tarub: “Iya Dinda…”
Nawang Wulan: “Em… Kakang, Dinda harus peri ke kayangan, jaga Nawang asih. Buatkan danau disekitar rumah, setiap malam letakkan Nawang asih di sana. Aku akan datang meyusuinya, namun kanda janganlah medekat”
(kemudian Nawang Wulan mendekati anaknya dan menciumnya)
Jaka Tarub: “Dinda…”
(sambil memegang tangan Nawang Wulan, berlahan tangan Nawang Wulan terlepas dari tangan Jaka Tarub “lagu slow)
“Selamat tinggal Nawang Wulan, selama jalan istriku, aku akan menjaga Nawang Asih dengan baik, jagalah dirimu sendiri…”
(jaka Tarub keluar pangguna)
(Setelah kepergian Nawang Wulan ke kayangan, Jaka Tarub langsung membuat danau didekat rumahnya. Setiap malam Jaka Tarub memandangi anaknya bermain-main dengan ibunya. Dan disaat keduanya mengalami kesulitan, selalu ada bantuan yang datang dengan tiba-tiba. Konon bantuan itu datang dari Nawang Wulan yaitu istri Jaka Tarub dan ibu dari Nawang Asih)
semoga menarik ulasan dalam contoh naskah dramanya
Contoh Naskah Drama LENGKAP ( Part 2 )
Contoh Naskah Drama LENGKAP ( Part 3)
.
Jaka Tarub: “Aku janji, jika kamu jadi istri aku…, aku akan menjagamu sampai mati Dinda…, karena cintaku padamu tidak seperti bunga yang layu karena tak disiram, tapi cintaku padamu bagaikan air yang akan terus mengalir tanpa henti…”
Nawang Wulan: “O…, to tweettt…?”
Jaka Tarub: “Jadi…, apakah kamu mau menikah denganku Dinda…”
Nawang Wulan: “Emmm…” (merasa bimbang dan Jaka Tarub menunggu jawabannya)
“Maaf… aku gak bisa…”
Jaka Tarub: “Hah…?!!!” (dengan spontan Jaka Tarub mengambil seutas tali dan akan bunuh tiri)
Nawang Wulan: “Eh…, eh…,eh… (Nawang Wulan menghampiri Jaka Tarub) mau apa ci.., jangan gitu deh…, gak elok kanda…, aku kan belum selesai ngomong?”
Jaka Tarub: “Jadi apa…?!”
Nawang Wulan: “Emmm…, aku gak bisa…, gak bisa nolak kamu jadisuamiku kanda…”
Jaka Tarub: “Asyik… (menghampiri Nawang Wulan) ayo kita buktikan pada semua orang, kita akan menjadi PASUTRI yang sakinah, mawadah, dan warrohma”
(keduanyapun meninggalkan panggung)
Lagu Batal Kawin “Project pop”
(Akhirnya Jaka Tarub dan Nawang Wulan menikah. Keduanya hidup berbahagia hingga Nawang Wulan melahirkan seorang anak dan di beri nama Nawang Asih).
Jaka Tarub: (Masuk panggung menghamiri Nawang Wulan sedang menyusui anaknya) “Dinda…, pagi ini badan Kanda terasa capek… banget. Dinda si, tadi malem minta jatah 2 kali”
Nawang wulan: “Ihhh… Kanda, bilangnya jangan di sini dong? Kan banyak penonton, jadi malu…”
Jaka Tarub: “Nawang Asih belum bangun ya Dinda…”
Nawang Wulan: “Iya kanda…, oya Kanda, Dinda mau menanak nasi dulu ya…”
(Bergegas Nawang Wulan menanak nasi)
Jaka Tarub: “Sini, Nawang Asih Kanda gendong…”
Nawang Wulan: “Oya Kanda, Dinda mau pergi kesungai dulu, mau mencuci pakaian Nawang Asih yang kotor, tapi Dinda pesan kukusan nasi di belakang jangan dibuka dan tolong jaga apinya ya Kanda…”
Jaka Tarub: “Iya Dinda…, ati-ati ya dinda…” (Nawang Wulan bergegas pergi) “Oalah…, cantik wis awan kok during tangi nduk…, nduk...? tuh lihat… mata kamu indah bagaikan pelangi 7 rupa, seperti mata Romo ini…
Bibirmu manis dan segar seperti bunga mawar yang baru saja disiram,
tapi sayang… hidungmu pesek, seperti hidung ibumu, hahaha…
Oh… Dinda tadi berpesan, tidak boleh dibuka kukusan nasinya. Ah… jadi penasara… (akhirnya Jaka Tarub membuka kukusan itu).
o… pantesan, lumbung padi tidak pernah habis, ternyata istriku bisa memasak setangkai padi menjadi nasi satu kukusan penuh.”
Nawang Wulan: “Aku pulang…”
Jaka Tarub: “Eh… Dinda, sini kubantu bawakan cuciannya…” (Jaka Tarub membantu membawakan cucian yang dibawa Nawang Wulan)
Nawang Wulan: “Sini Nawang asih, ikutmama…” (Nawang Asih digendong Nawang Wulan)
Jaka Tarub: “Dinda…, sepertinya pekerjaan Dinda sudah selesai semua, saatnya Kanda pergi ke hutan untuk encari kayu bakar bat persediaan memasak Dinda…”
Nawang Wula: “Iya Kanda, biar nawang asih disini aja bersama Dinda?”
Jaka Tarub: “Iya Dinda…, nanti kalau Nawang Asih rewel dicubit saja ya…”
Nawang Wulan: “Hus.., itu si kalau kada yang rewel?”
Jaka Tarub: “Di cium saja…”
“Hahaha…”
“Ya wes, sudah siang, Kanda pergi dulu ya Dinda, arep golek kayu…”
“Kalau ada makelar datang nagih hutang bilang saja kanda lagi di luar kota” (lagu:Papa gak pulang, papa gak bawa uang…)
“Tapi kalau ada undian berhadiah datang, langsung telp Kanda ya Dinda…”
Nawang Wulan: “Wa…, dasar papa rock n roll”
Jaka Tarub: “SMP… akin maju…”
“Assalamualaikum Wr.Wb…” (Jaka Tarub meninggalkan rumah)
Nawang Wulan: “wa’alaikum salam Wr.Wb…”
(Nawang Wulan duduk dan mendendangkan lagu)
“Tak lelo…, lelo-lelo legong…,
mangane sego jagung,
olehe wong gunung…”
“aduh…, Nawang Asih kok belum bangun-bangun ya…, padahalkan sudah siang…? Aduh… aku kan lagi nanak nasi, lupa aku”
(Nawang Wulan menaruh Nawang Asih di tempat tidur, dan kemudian bergegas melihat kukusan nasi)
“Hah…, kenapa kukusan padi ini berantakan? Kenapa ini? Oh… ternyatasuamiku sudah membuka kukusan padi ini. Tidak mungkin!!! Dengan demikian aku akan kehilangan kekuatanku…”
“Aku harus mengambil padi lagi untuk di tanak menjadi nasi, untuk makan suami dan anakku…”
(Nawang Wulan bergegas menuju ke gudang padi, mengambil dan dia menemukan selendang yang hilang ditumpukan padi tersebut)
“Oh… Tuhan, inikah selendangku? Kenapa ada disini? Ternyata suamiku telah mengambil selendangku. Aku harus menelepon suaiku. Hallo Kanda…”
Jaka tarub: “Iya, kenapa Dinda?”
Nawang Wulan: “Ayoi, kanda cepat pulang, aku ngin berbicara sesuatu pada Kanda!!!”
Joko tarub: “Siap Nyai…”
(Tidak lama kemudian Jaka Tarub sampai di rumah)
Jaka Tarub: “Iya Dinda , ada apa…, kelihatannya serius banget…”
Nawang Wulan: “Kanda…”
Jaka Tarub: “Iya Dinda…”
Nawang Wulan: “Em… Kakang, Dinda harus peri ke kayangan, jaga Nawang asih. Buatkan danau disekitar rumah, setiap malam letakkan Nawang asih di sana. Aku akan datang meyusuinya, namun kanda janganlah medekat”
(kemudian Nawang Wulan mendekati anaknya dan menciumnya)
Jaka Tarub: “Dinda…”
(sambil memegang tangan Nawang Wulan, berlahan tangan Nawang Wulan terlepas dari tangan Jaka Tarub “lagu slow)
“Selamat tinggal Nawang Wulan, selama jalan istriku, aku akan menjaga Nawang Asih dengan baik, jagalah dirimu sendiri…”
(jaka Tarub keluar pangguna)
(Setelah kepergian Nawang Wulan ke kayangan, Jaka Tarub langsung membuat danau didekat rumahnya. Setiap malam Jaka Tarub memandangi anaknya bermain-main dengan ibunya. Dan disaat keduanya mengalami kesulitan, selalu ada bantuan yang datang dengan tiba-tiba. Konon bantuan itu datang dari Nawang Wulan yaitu istri Jaka Tarub dan ibu dari Nawang Asih)
semoga menarik ulasan dalam contoh naskah dramanya
Contoh Naskah Drama LENGKAP ( Part 2 )
Contoh Naskah Drama LENGKAP ( Part 3)
.
Comments
Post a Comment